Unmas Denpasar Meneliti Kulit Kopi Jadi Baglog dan Pupuk
- September 28, 2023
- Uncategorized
Tabanan, IDN Times – Kamu pernah tahu gak sih, kalau kulit kopi itu berpotensi besar dijadikan sebagai produk yang berguna? Limbah dari hasil pengolahan buah kopi menjadi biji itu dijadikan sebagai pupuk organik, dan baglog atau wadah tanam untuk menaruh bibit jamur lho.
Inovasi ini dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Mahasaraswati (Unmas) Denpasar lewat program Matching Fund Kadaireka 2023 bekerja sama dengan UD Cipta Lestari di Desa Pujungan, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan.
Program bertajuk “Pengembangan Ekowisata Kampung Kopi Berbasis Ekonomi Hijau Berkelanjutan” ini diluncurkan, Minggu (22/7/2023) lalu. Gimana ya cara mengolah kulit kopi menjadi baglog jamur? Berikut ini pemaparan Associate Professor di Fakultas Pertanian dan Bisnis Unmas Denpasar, Dr Ir Ni Gusti Agung Gde Eka Martiningsih MSi.
1. Program ini muncul setelah melihat limbah kopi yang tidak dimanfaatkan secara maksimal di Desa Pujungan.
Martingisih menceritakan, awalnya tim Matching Fund Unmas Denpasar melakukan observasi dan mewawancarai masyarakat di Desa Pujungan, Kecamatan Pupuan. Dari situ diketahui, bahwa banyak limbah kopi yang dihasilkan dari pengolahan kopi terbuang dan tidak termanfaatkan secara maksimal.
“UD Cipta Lestari yang diajak kerja sama ini adalah usaha pengolahan kopi dari biji menjadi bubuk. Lokasinya ada di Desa Pujungan,” ujar Martiningsih, Selasa (8/8/2023).
Melihat permasalahan ini, tim lalu mengajukan proposal ke Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemendikbudristek) melalui Unmas Denpasar. Mereka berhasil meraih hibah nasional bergengsi dari program Kadaireka Kemendikbudristek tahun 2023.
“Kami kemudian bekerja sama dengan UD Cipta Lestari untuk mengolah limbah kopi menjadi baglog dan pupuk organik,” katanya.
2. Limbah kopi biasanya dibuang kembali ke alam
Menurut Martiningsih, konsep utama dari inovasi ini adalah membuat kegiatan yang ramah lingkungan, dan menyelamatkan lingkungan dari pencemaran. Sebab selama ini limbah kulit kopi dibuang kembali ke alam, berharap bisa menjadi pupuk namun tanpa mengetahui apa saja unsur haranya.
Tim Unmas lalu melakukan inovasi, dengan mengolah limbah kopi menjadi pupuk yang memiliki unsur hara sesuai kebutuhan. Supaya lebih bermanfaat, tim Matching Fund juga melakukan penelitian sekaligus pemberdayaan tentang pengolahan limbah kopi menjadi baglog.
“Karena ini konsepnya penelitian, jadi masih belum tahu keberhasilannya seperti apa. Saat ini pembuatan pupuk organik masih dalam proses fermentasi dan baglog sedang menunggu miselium jamurnya menyebar,” tuturnya.
Meski demikian, pihaknya sudah mendaftarkan panduan pembuatan baglog dan pupuk organik dari limbah kopi ke HKI (Hak kekayaan intelektual). Secara umum, dalam satu baglog seberat 1,4 kilogram berisi 250 gram kulit kopi setengah kering yang sudah dihaluskan. Sisanya dicampur dengan bahan lain seperti maltosa hingga dedak. Kini pihaknya sudah membuat 200 baglog dari limbah kopi.
“Jika ini berhasil, maka akan ada pilihan bahan baku baglog, selain dari serbuk gergaji dan merang padi,” katanya.
3. Bisa menjadi pendapatan tambahan jika berhasil
Inovasi ini akan menjadi penghasilan tambahan jika hasilnya baik. Jadi, program ini ke depannya dapat meningkatkan ekonomi masyarakat.
“Saat ini kami memberikan pengetahuan dulu kepada mitra, dalam hal ini UD Cipta Lestari, dengan sedikit terapan teknologi, limbah kopi bisa menjadi lebih bermanfaat. Kalau nanti dalam prosesnya ada permintaan dengan kapasitas besar, tentu akan menjadi peningkatan pendapatan. Paling kecil, mereka tidak usah beli pupuk lagi. Kalau jumlah pupuknya banyak, bisa dijual,” jelas Martiningsih.
Semoga berhasil ya programnya. Kalau berhasil, jangan lupa berbagi tipsnya kepada masyarakat dan pembaca.